Posted by : Unknown Selasa, 09 Juli 2013


rajutan asap rokok dikaleng bekas yang reok
memukul bosan mata yang tak terpejam
disamping remahan parafin padat yang rusak
dan tak mampu menyatu dengan warna darah hasil konsporasi jahanam

kotak-kotak, bulat-bulat, tak ada seni, tak ada semangat

berjuta nikotin, kafein, parafin, kerosin dan bensin telah kuhabiskan. namun belum satu pun seni kuhasilkan.

ngorok, jongkok, sampai beguling-guling aku dipewarna makanan yang dibeli di warung semalam

dan keajaiban itu tak jua datang....

gemericik nada kupetik perlahan, simphoni musik klasik menjijikan pun kedengaran.

memisahkan jaringan otak dan tulang belakang, lubang pantat terkangkang kebelakang.

lelah......

hidup ini bagaikan perjudian, hari ini bisa menang,, eh,, besok giliran orang.... hari ini jadi raja eh..... besok cuma bisa cerita.....

disana ngomong disini ngomong, aku cuma jadi pendengar.... disana sombong, disini sombong,,,, tunggu kehancuran mu, pendekar...

terlalu banyak huruf menghambat aliran sel sel darah merah ke kepalaku, tumpah jadi muntah, berdarah di ember keserakahan penghianat yang menduga aku menghianatinya.

tapi kau mati lebih dulu, kawan.... jadi kau tak pernah tau kejujuran itu.. bahkan kau terlalu takut dengan kenyataan..!!!.

aku yang membunuhmu perlahan, karena kau terlalu lemah menghadapi kehidupan.

aku menipumu semalaman, dan kau.... si bodoh yang malang, malah kegirangan dimakan rayuan.

aku tau mau mati sendiri, maka kujadikan kau korban....

nikmati saja kawan,,,,,,, tersayat sayat pun kau yang menahan.....permintaan mu pun tak kedengaran.

bahkan, kuburanmupun telah ksuiapkan sejak kita bertemu.........

maaf kawan, tak ada lagi pilihan...... inilah kejujuran......

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Blogger templates

Labels

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Label

About

- Copyright © fotografi, sastra, sejarah dan filosofi -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -